Rabu, 12 Agustus 2009

di tengah dunia di bilik dunianya

di tengah dunia di bilik dunianya

tiada karya besar dapat lahir tanpa kesungguhan,
pengorbanan dan konsentrasi.

dan tiada mungkin itu terlahir dari seorang penikmat dunia
karena ketekunan tersebut membutuhkan kecintaan

dan
kecintaan dan ketekunan tersebut sering berarti
melupakan.
kadang juga berarti
mengorbankan.
banyak kepentingan lainnya

sampai suatu ketika melahirkan
jempol ke bawah karena egoisnya

sampai suatu ketika melahirkan
jempol ke atas karena bermanfaat sepanjang masa

dan yang sering terjadi
seperti Mbah Surip yang masih harus mengumpulkan

logam-logam bulat dari saku-saku yang bergantung tak beraturan
untuk segelas kopi dan tiga sendok kecil gula pasir

di tengah kekaguman dunia
di dalam bilik dunianya
di hibur popularitas
"tak gendong"



wah

kubuat rangkaian kode dengan action script tiga;
yang bergerak hidup berputar-putar;
x-y-z matriks 3D;
sprite berlarian;
kemudian tak beraturan;
karakter coba dibentuk;
mboh opo kui...

wah...

sehelai rambut yang ditiup angin tak semudah memandangnya;
sekedar bereaksi dari tumbukan tak sesederhanya melihatnya;
bagaimana merangkai sel demi sel
dan meniupkan nyawa;
bukan sekedar jiwa yang maya;

wah...

kutetapkan aksi reaksi;
kutentukan hasil akhir;
mau lari kemana kamu!

wah...

hukum alam;
takdir dan kompleksitasnya...

wah...

Kau mengepungku
dengan pertunjukkan kepiawaian dan keagunganMu

Kau mengepungku
hingga tak sempat kulihat selainMu

wah...

kucoba pula lari dariMu,
tapi rindu terus mengingatMu

kcoba menentangMu
tapi jiwa tak mapu berpaling dariMu

wah...

terserah padaMu sajalah...


Sungai Kehidupan

hidup mengalir di antara sungai-sungai mencari muara sukses
berakhir di perut cacing

mengapakah kita terus mencari sementara semua dihadapan kita
mengapa bernafsu tuk memiliki padahal kita dimiliki
tidak! sadarku berkata.
ternyata semua tidak berarti
karena arti dibentuk pikiran kita
entah dulu atau esok
tak perlu arti tuk bertindak
tak perlu niat jika tlah ikhlas

biarkan Nitcshe pesimis melihat semesta menuju kiamat,
kita melihat dekadensi berlomba dengan kemunduran
sambil merasakan tubuh menua dan jiwa melemah
wahai kemanakah popularisme yang dahulu menerbangkanmu?
wahai dimanakah kekayaan ketika tubuh terkapar?
wahai mengapa kekuasaan menjadi tak berarti?
adakah teman dan saudara sebelum hidup dan sesudahnya?
jiwaku bertanya tentang kebebasan
tapi kita bebas memilih sedangkan pilihan ternyata tiada
engkau terkepung wahai karakter
lalu kuterjunkan diriku di dunia
mengabarkan sungai-sungai yang disediakan
tuk menuju kekuasaan, popularitas dan kekayaan
yang tersebar diseluruh muara
menorong renang menunggu waktu
dan
kudapatkan diriku memilih
memainkan pikiran tuk bahagia
tanpa perlu hari esok
di sana kebebasan kuperoleh
di situ kekuasaan dilimpahkan
semua sesukaku
kuambil atau tidak
tapi mauku dilenyapkan

tubuh dan tabib

tubuh;
begitu ajaibnya;
luka yang menganga mengeluarkan darah;
lalu mengering dan menutup celah;
perlahan tapi pasti;
serat-serat halus membentuk jaring;
sel-sel merapat diantaranya;
dan luka semakin menghilang;

obatkah yang menyembuhkan?
kubaca komposisi;
miligram ke miligram;
menghilangkan rasa sakit;
membunuh kuman;
membangkitkan daya imun;
menurunkan kadar gula;...

obatkah yang menyembuhkan?
ketika hujan mengguyur badanku basah;
dingin melemahkanku;
flue menyerangku;
tapi dua puluh tahun yang lalu;
ketika aku kehujanan bersama calon istriku;
semalaman menggigil;
flue enggan menyentuh;

lalu kukuatkan jiwaku ditengah gerimis;
dan flue tak mampu menyentuh;
dan flue seolah paham suasana hatiku;
menyerang saat gelisah;
terbirit saat ceria;

sumber dari penyakit
berawal dari jiwa yang sakit;
jiwa yang sakit
adalah jiwa yang tak tenang;
jiwa yang tak tenang
adalah jiwa yang rakus
melahap nikmat dunia;
seorang Rasul
memberi kabar;
tentang ibu segala obat;
tentang lapar sebagai obat;
tentang "ingat" sebagai penenang;

seorang bijak
memberi kabar;
tentang dosa merusak jiwa;
tentang jahat karena jiwa sedang sakit;

kemana tabib bergelar ulama dan pendeta?
ketika bangsa sedang sakit;
korupsi di gedung megah;
penipu di lorong sempit;

apakah mereka juga sakit?
didera cinta dunia
dan takut mati?

bagaimana pemimpin menjadi kuat?
katanya tak takut mati
tapi miskin menjadi hantu;
menangis ketika ESG
di jalan membagi suap;

pushiiiiink........... pusing aku memikirkan!